REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sebagai wujud nyata implementasi tridarma perguruan tinggi, tim pelaksana dari Universitas Widya Mataram (UWM) bersama tim pendamping dari AKPRIND Indonesia menyelenggarakan 'Pelatihan Pengolahan Diversifikasi Produk Singkong' di Kalurahan Karangwuni, Rongkop, Gunungkidul, pada Sabtu (20/9/2025). Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Hibah Kosabangsa 2025 yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) untuk mendorong kolaborasi antara akademisi dan masyarakat dalam mengatasi tantangan pembangunan daerah.
Kegiatan yang menyasar Kelompok Gapoktan Mekar Sekawan ini dipimpin oleh Eman Darmawan, STP, MP, selaku Ketua Tim Pelaksana. Dalam paparannya, Eman menyoroti potensi besar singkong di Gunungkidul yang belum tergarap optimal. "Gunungkidul adalah lumbung singkong DIY dengan proyeksi panen mencapai ratusan ribu ton setiap tahun. Namun, ironisnya, nilai tambah yang dinikmati petani masih sangat rendah. Inilah yang ingin kita ubah melalui program ini," katanya.
Kabupaten Gunungkidul, yang merupakan penghasil singkong terbesar di DIY, menghadapi tantangan klasik: harga jual anjlok saat panen raya. Sebagian besar hasil panen dijual dalam bentuk mentah atau diolah menjadi gaplek secara tradisional, sehingga keuntungan petani menjadi tidak sebanding dengan jerih payah mereka. Menjawab persoalan tersebut, program ini memperkenalkan solusi komprehensif dari hulu ke hilir.
"Langkah pertama adalah perbaikan rantai distribusi untuk memangkas jalur dari kebun ke pasar. Ini krusial untuk menekan risiko kerusakan akibat kontaminasi mikrobia yang menurunkan mutu dan harga jual," jelas Eman.
Selanjutnya, program ini memperkenalkan inovasi teknologi pengolahan, yaitu penggunaan cabinet drier untuk pengeringan gaplek dan teknologi pembuatan tepung Modified Cassava Flour (Mocaf).
"Dengan cabinet drier, proses pengeringan menjadi lebih efisien, higienis, dan tidak lagi bergantung pada cuaca. Kualitas gaplek yang dihasilkan pun jauh lebih unggul," ujar Eman.
"Sementara itu, tepung mocaf yang bebas gluten dan memiliki tekstur halus membuka peluang pasar baru yang lebih luas, karena dapat menjadi substitusi terigu untuk berbagai produk olahan pangan," katanya.
Salah seorang peserta pelatihan dari Gapoktan Mekar Sekawan, Bapak Sutardi, menyambut baik inisiatif ini. "Selama ini kami hanya tahu menanam dan menjual singkong seadanya. Pelatihan ini membuka wawasan kami bahwa singkong bisa diolah menjadi produk yang lebih bernilai. Kami berharap, dengan teknologi baru ini, pendapatan kami bisa meningkat dan tidak lagi khawatir harga jatuh saat panen," ujarnya penuh harap.
Eman Darmawan menutup dengan optimisme bahwa penguasaan teknologi pascapanen, mulai dari sortasi, pencucian, fermentasi, hingga pengeringan, akan menjadi kunci peningkatan kesejahteraan petani. "Ini bukan sekadar pelatihan, tetapi sebuah langkah awal untuk membangun ekosistem agribisnis singkong yang mandiri dan berkelanjutan di Gunungkidul," katanya.
Tentang Universitas Widya Mataram (UWM)
Didirikan pada 7 Oktober 1982 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan KGPH Mangkubumi (kini Sri Sultan Hamengku Buwono X), Universitas Widya Mataram (UWM) berkomitmen menjadi perguruan tinggi yang unggul dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dengan berlandaskan nilai-nilai luhur budaya, kebangsaan, dan kenegaraan.
Tentang Universitas AKPRIND Indonesia
Universitas AKPRIND Indonesia adalah institusi pendidikan tinggi di Yogyakarta yang berfokus pada pengembangan sains dan teknologi. Sebagai universitas yang berorientasi pada inovasi, Universitas AKPRIND Indonesia bertekad menghasilkan lulusan yang kompeten dan siap berkontribusi dalam pembangunan industri nasional.