Kisah Menperin Dapat Inspirasi Kerja Sama Akibat Naik Whoosh Bareng AHY

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, menceritakan awal mula ide kolaborasi dengan Kementerian Transmigrasi lahir dari sebuah pertemuan singkat. Ia tidak sengaja bertemu Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), serta Menteri Transmigrasi, Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara, saat menumpang kereta cepat (Whoosh) menuju Bandung.

Dalam perjalanan sekitar 40 menit itu, Menperin berdiskusi dengan Menko Infrastruktur serta Menteri Transmigrasi. Ketiganya menemukan titik temu bahwa Kemenperin dan Kementerian Transmigrasi bisa bersinergi mengembangkan industri di kawasan transmigrasi.

"Pak Menko menghadiri acara wisuda di Universitas Padjadjaran, saya juga hadir di acara serupa. Kebetulan saya duduk di sebelah Pak Menteri Transmigrasi. Dari obrolan singkat itu lahirlah ide kerja sama yang akhirnya kita tindaklanjuti,” kata Agus Gumiwang di Kantor Kemenko Infrastruktur, Jakarta, Jumat (26/9/2025).

Pertemuan tersebut berlanjut pada penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara kedua kementerian. Fokusnya optimalisasi sumber daya industri di kawasan transmigrasi dengan tujuan memperkuat hilirisasi dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat.

Agus menilai langkah ini merupakan terobosan baru. Menurutnya, sepanjang pengalamannya di kabinet, belum pernah ada kolaborasi langsung antara sektor industri dan transmigrasi.

"Kemungkinan besar kerja sama ini akan berjalan baik. Saya kira ini belum pernah terjadi sebelumnya. Sebuah terobosan yang patut diapresiasi. Terima kasih Pak Menko," ujarnya.

Menperin menambahkan, ruang lingkup kerja sama mencakup pengembangan industri di kawasan transmigrasi, pemberdayaan masyarakat, serta pemanfaatan sumber daya lokal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Menteri Transmigrasi, Iftitah Sulaiman Suryanagara, menegaskan kerja sama ini menandai transformasi besar dalam program utama di kementeriannya.

"Transmigrasi tidak lagi hanya memindahkan penduduk, tetapi membangun manusia. Tidak sekadar membangun permukiman, melainkan kawasan ekonomi. Tidak lagi tradisional dan konvensional, melainkan berbasis riset dan sains. Inilah yang kami sebut transmigrasi baru,” kata Iftitah.