
SEJAK Komisi Penyelidikan PBB menyatakan Israel telah melakukan genosida terhadap warga Palestina di Gaza, tekanan agar negara tersebut meningkat. Termasuk desakan untuk melarang Israel mengikuti kompetisi sepak bola internasional semakin menguat.
Saat ini, timnas Israel tengah berlaga di kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Eropa, sementara klub Maccabi Tel Aviv berpartisipasi di Liga Europa. Namun, sejumlah federasi sepak bola menilai partisipasi itu tak pantas di tengah konflik yang menelan banyak korban jiwa.
Menurut laporan BBC, sejumlah negara anggota UEFA mendesak agar digelar pemungutan suara untuk mengeluarkan Israel dari kompetisi Eropa. Federasi Sepak Bola Turki sudah secara terbuka menuntut larangan tersebut. Selain itu, 48 atlet internasional, termasuk Paul Pogba, Hakim Ziyech, hingga pesepak bola Crystal Palace Cheick Doucouré, menandatangani surat terbuka yang meminta Israel segera ditangguhkan dari seluruh ajang resmi.
Proses Pengambilan Keputusan di UEFA
Keputusan penting di sepak bola Eropa ditentukan oleh Komite Eksekutif UEFA yang beranggotakan 20 orang. Untuk meloloskan kebijakan, dibutuhkan mayoritas sederhana (11 suara). Jika keputusan dikeluarkan, dampaknya akan langsung berlaku, termasuk menghentikan keikutsertaan Israel di kualifikasi Piala Dunia.
Namun, keputusan UEFA tetap perlu diratifikasi FIFA. Kasus Rusia pada 2022 menjadi preseden, ketika FIFA dan UEFA bersama-sama melarang partisipasi setelah invasi ke Ukraina.
Meski begitu, situasi Israel bisa lebih rumit karena dukungan kuat Amerika Serikat. Departemen Luar Negeri AS telah menegaskan akan menolak segala upaya yang bisa menggagalkan peluang Israel tampil di Piala Dunia 2026 yang digelar di Amerika Utara.
Dukungan dan Penolakan
Dukungan untuk Palestina datang dari beberapa negara Eropa, sementara Turki menjadi federasi pertama yang secara terbuka menekan UEFA. Kritik juga datang dari sejumlah pesepak bola, termasuk Hector Bellerin, yang membandingkan perlakuan terhadap Israel dan Rusia.
Di sisi lain, tokoh-tokoh pro-Israel menilai rencana pengusiran tersebut diskriminatif dan berisiko memicu sentimen anti-Yahudi global. Mereka menegaskan langkah itu tidak akan membawa perdamaian di Gaza maupun menghentikan perang.
Konsekuensi Besar
Jika UEFA benar-benar menggelar voting, keputusan apa pun akan berdampak luas. Larangan bisa mengguncang peta sepak bola internasional, memengaruhi hubungan diplomatik, hingga mempertegas posisi politik FIFA dan UEFA di panggung global.
Untuk saat ini, tekanan semakin membesar. Apakah Israel akan bernasib sama seperti Rusia pada 2022, atau tetap bertahan di panggung sepak bola Eropa, akan menjadi ujian besar bagi netralitas olahraga di tengah konflik politik dan kemanusiaan. (BBC/Z-2)