Bentrokan bersenjata terjadi di perbatasan bersama Sudan Selatan dan Uganda. Dikutip dari AFP, Rabu (30/7), setidaknya lima petugas keamanan Sudan Selatan tewas dalam bentrokan itu.
Masih belum jelas apa yang menyebabkan bentrokan yang terjadi pasukan kedua negara itu.
"Dua petugas Pasukan Pertahanan Rakyat Sudan Selatan (SSPDF), dua petugas penjaga, dan seorang petugas polisi tewas," kata pihak kepolisian di wilayah Kajo Keji, tempat bentrokan pecah.
Dalam pernyataan yang mengutip komandan militer lokal, Henry Buri, disebutkan pasukan Uganda dipersenjatai dengan tank dan artileri lengkap, dan menargetkan 19 pasukan operasi gabungan.
Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Uganda.
Uganda mengirim pasukan untuk mendukung Presiden Sudan Selatan Salva Kiir Mayardit ketika perang saudara pecah pada 2013, dua tahun setelah meraih kemerdekaan dari Sudan.
Perang saudara antara Kiir dan rival lamanya, Wakil Presiden Sudan Selatan Riek Machar, berlangsung selama 5 tahun dan mengakibatkan sekitar 400 ribu orang tewas sebelum kesepakatan pembagian kekuasaan dicapai pada 2018.
Uganda kembali menempatkan pasukan khusus pada Maret tahun ini saat Kiirr kembali menyerang Machar.
Militer Uganda dituduh menggunakan senjata kimia, yaitu bom berisi cairan mudah terbakar yang membunuh warga sipil terhadap milisi Nuer di timur laut Sudan Selatan. Namun, Uganda membantah tuduhan itu.