Prima Ricky
Eduaksi | 2025-08-16 21:58:21

Seiring meningkatnya penggunaan biodiesel sebagai energi alternatif yang lebih ramah lingkungan, muncul sebuah tantangan baru: melimpahnya gliserol. Gliserol adalah produk sampingan yang dihasilkan dalam jumlah besar dari proses pembuatan biodiesel. Karena produksinya yang terus meningkat, gliserol yang tadinya bernilai kini menjadi surplus dan berpotensi menjadi limbah. Namun, di tangan para peneliti dari Politeknik Negeri Bandung, limbah ini dilihat sebagai peluang.
Dari Limbah Menjadi Harta Karun: Peluang Gliserol Oleat
Para peneliti tengah mengembangkan cara untuk "menyulap" gliserol menjadi gliserol oleat, sebuah senyawa turunan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Gliserol oleat sangat dibutuhkan di berbagai industri, mulai dari kosmetik, makanan, hingga farmasi, karena perannya sebagai pengemulsi (penstabil campuran), pelumas, dan bahan aditif lainnya.
Proses pengubahan gliserol menjadi gliserol oleat ini dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut esterifikasi. Prosesnya pada dasarnya adalah mereaksikan gliserol dengan senyawa bernama asam oleat. Namun, reaksi ini berjalan sangat lambat, layaknya mendorong mobil mogok di tanjakan. Di sinilah peran "pahlawan super" dari dunia kimia dibutuhkan.
Katalis Canggih: Kunci Sukses Transformasi Gliserol
Untuk mempercepat reaksi tersebut, para peneliti memperkenalkan sebuah katalis canggih bernama Reduced Graphene Oxide Tersulfonasi (rGO-SO3H). Jika diibaratkan, katalis ini adalah "mak comblang" super efisien yang mempertemukan dan mereaksikan gliserol dengan asam oleat secara cepat dan efektif.
Menariknya, bahan baku katalis canggih ini adalah grafit, material yang sama dengan yang kita temukan pada mata pensil. Melalui serangkaian proses di laboratorium, grafit diubah menjadi material canggih berbasis graphene yang memiliki kemampuan katalitik luar biasa.
Keunggulan katalis ini tidak hanya terletak pada kemampuannya mempercepat reaksi. Ia juga tergolong sebagai katalis heterogen, yang artinya wujudnya berbeda dari campuran reaksi (padat dalam cairan). Hal ini membuatnya sangat mudah dipisahkan setelah reaksi selesai—cukup dengan disaring. Keuntungan lainnya adalah katalis ini dapat digunakan berulang kali (reusability), menjadikannya pilihan yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis dibandingkan katalis konvensional yang sering kali menghasilkan limbah baru dan bersifat korosif.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi nyata untuk dua masalah sekaligus: mengatasi surplus limbah gliserol dari industri biodiesel dan menghasilkan produk gliserol oleat yang bernilai tinggi. Dengan inovasi seperti ini, limbah tidak lagi menjadi akhir dari sebuah proses, melainkan awal dari peluang baru yang menjanjikan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.