Relawan Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) melakukan doa bersama dengan Kedutaan Besar Indonesia untuk Tuniasa Zuhairi Misraya di Wisma Duta Besar Indonesia untuk Tunisia Lac I, Tunisia (5/9/2025). Doa bersama digelar dalam rangka silaturahmi sekaligus mendoakan warga Palestina dan relawan dari delegasi Indonesia yang akan melakukan pelayaran dalam misi kemanusian bersama Global Sumud Flotilla dalam menembus blokade Gaza.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rombongan Global Sumud Flotilla berangkat dari Menorca, Spanyol, menuju Tunisia dalam misi mematahkan blokade Israel terhadap Gaza, menurut pengumuman panitia penyelenggara pada Jumat (5/9/2025). Rombongan itu menyalurkan bantuan kemanusiaan sekaligus menarik perhatian global atas penderitaan rakyat Palestina.
Panitia menyatakan sebagian besar kapal saat ini sedang dalam perjalanan ke Tunis, sementara beberapa kapal tambahan, termasuk dua kapal yang sedang diperbaiki akibat badai di Barcelona, bersiap untuk bergabung kembali dengan rombongan. Pemeriksaan keselamatan dan protokol operasional tengah dilakukan sebelum pelayaran selanjutnya.
Pada 7 September, puluhan kapal diperkirakan akan berlayar dari Pelabuhan Catania di Sisilia dan Tunis, bergabung dengan rombongan Barcelona dalam “aksi penuh tekad dan bersatu” untuk menantang blokade Israel, kata panitia.
Rombongan tersebut telah menerima dukungan internasional cukup luas dari anggota parlemen, serikat pekerja, dan pembela hak asasi manusia. Lebih dari 100 pejabat terpilih, baik yang saat ini menjabat maupun yang sudah tidak, menandatangani surat bersama mendesak pembentukan koridor kemanusiaan ke Gaza, perlindungan misi sipil, dan tindakan internasional segera untuk menegakkan hukum humaniter.
Francesca Albanese, pelapor khusus PBB untuk wilayah Palestina yang diduduki, mengatakan misi tersebut “sepenuhnya mematuhi hukum internasional.”
Para pekerja pelabuhan di Genoa, Italia, juga berjanji akan memblokir semua pengiriman ke Israel jika rombongan itu dihalangi.
Presiden Kolombia Gustavo Petro menyuarakan solidaritasnya dengan mengatakan kepada para peserta: “Kalian telah memilih jalan yang paling sulit dan berbahaya: jalan aksi dalam menghadapi kekerasan brutal. Dari pantai ini, kami mengirimkan kalian kekuatan, pesan, dan kehidupan.”
sumber : ANTARA