
PERTEMUAN antara Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Presiden Prabowo Subianto dinilai bukan sekadar silaturahmi biasa . Sebab, pertemuan dilakukan di tengah isu ijazah palsu dan desakan pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka sehingga disebut sebagai upaya Jokowi mencari perlindungan politik agar posisinya tidak semakin terdesak. Pengamat politik dari Citra Institute Yusak Farchan menilai, situasi politik belakangan ini menempatkan Jokowi pada posisi sulit.
"Di tengah tekanan publik yang membesar terkait kasus ijazah palsu dan pemakzulan Gibran, Jokowi butuh perlindungan politik dari Prabowo selaku pemegang kendali kekuasaan agar posisinya tidak terus terjepit," ujar Yusak saat dihubungi, Senin (13/10).
Menurutnya, Jokowi memahami, isu ijazah palsu bisa berlarut karena tidak ada intervensi dari pusat kekuasaan untuk meredamnya. "Jokowi sepertinya bisa membaca kenapa persoalan ijazah palsu bisa berlarut-larut, itu karena kekuasaan tidak bekerja membendungnya. Jadi ada kesan Jokowi sedang merayu Prabowo untuk membendung atau menghentikan polemik ijazah palsu tersebut," kata dia.
Namun demikian, Yusak menilai tidak ada jaminan Prabowo akan menuruti permintaan Jokowi. Itu karena dinilai tidak menguntungkan secara politik bagi Prabowo.
Yusak menjelaskan, langkah Jokowi menemui Prabowo juga bertujuan menjaga posisi politik di tengah isu-isu yang menurunkan citranya. "Dengan bertemu Prabowo, Jokowi ingin menjaga positioning politiknya di tengah isu-isu yang terus men-down grade ketokohan diri dan keluarganya," kata Yusak.
Pertemuan itu sekaligus menjadi cara Jokowi menepis spekulasi adanya keretakan hubungan dengan Prabowo setelah reshuffle kabinet terakhir. "Jokowi juga ingin memperlihatkan kepada publik bahwa hubungannya dengan Prabowo masih cair pasca reshuffle kabinet," ujar Yusak.
Menurutnya, secara simbolik Jokowi berupaya menghilangkan kesan ditinggalkan oleh Prabowo, terlebih setelah beberapa tokoh yang dekat dengannya tersingkir dari kabinet.
"Secara simbolik, Jokowi sedang menepis isu ditinggalkan Prabowo setelah reshuffle beberapa waktu lalu menyasar sebagian orang-orang Jokowi seperti Budi Arie, Dito, Karding, dan lainnya," jelas dia.
Di sisi lain, Yusak menilai pertemuan tersebut juga memiliki kepentingan bagi Prabowo. "Bagi Prabowo, sebagai seorang Presiden, ia berkepentingan menjaga keseimbangan politik dengan siapapun termasuk Jokowi. Bertemu Jokowi tidak berarti menggadaikan kedaulatan Prabowo sebagai Presiden," katanya.
Lebih jauh, ia menilai Prabowo kini tengah menunjukkan upaya melepaskan diri dari bayang-bayang Jokowi. "Meskipun tidak mudah menggusur kekuatan Jokowi seratus persen, tapi Prabowo sedang menunjukkan diri sebagai presiden yang tidak bisa didekte terus menerus dengan kemauan Jokowi," pungkasnya. (H-4)